Pendakian Gunung Gede

Letusan Gunung Gede pertama kali tercatat di tahun 1747. Letusan pertama ini memiliki skala ledak VEI-3 dan menyebabkan 2 aliran lava bergerak dan terlihat dari kawah lanang. Lalu letusan yang lebih kecil terjadi kembali di tahun 1761, 1780, dan 1832.[2]

Hampir 100 tahun setelah letusan pertama, kembali terjadi letusan kedua dengan skala ledak VEI-3 di Gunung Gede pada tahun 1840 tepatnya pada tanggal 12 November jam 3 dini hari. Goncangannya yang terasa sangat hebat sampai membangunkan warga yang tertidur pulas. Letusan kedua tercatat sebagai letusan yang terbesar dan baru benar-benar berhenti pada Maret 1841.[3][4]

Keresidenan Priangan yang awalnya beribu kota di Cianjur, di tahun 1864 akhirnya dipindahkan ke Bandung oleh Residen van der Moor sebagai dampak dari letusan besar Gunung Gede yang berskala VEI-3 di tahun 1853 yang telah memporakporandakan Cianjur.[5][6]

Setelahnya, Kembali terjadi letusan-letusan Kecil di Gunung Gede sebanyak kurang lebih terjadi 24 kali, dimana letusan ini cukup membahayakan untuk warga sekitar yang tinggal berdekatan dengan Gunung Gede. Letusan terakhir dari gunung ini tercatat pada tahun 1957 dengan skala ledak VEI-2 dan hingga saat ini aktivitas vulkanis Gunung Gede masih aktif namun dalam fase tertidur. Jika terjadi letusan kembali di gunung ini, maka daerah kaki gunung seperti Cipanas diperkirakan akan terkena dampak terbesar